Ane mau coba ngeshare pengalaman
pertama ane backpacker, tepatnya ke Yogyakarta, yang katanya tempat yang pas
untuk backpacker pemula dan emang betul. Tapi tunggu, mungkin lebih pas-nya
disebut semi backpacker. Karena masih belum sepenuhnya bisa ngirit biaya
perjalanan.. Okelah, gak usah panjang lebar, langsung aja simak sendiri
ceritanya..
Berangkat naik kereta ekonomi AC
Pasundan jurusan Kiaracondong(Bandung) - Lempuyangan(Yogyakarta) pkl 05.30 WIB.
Ane milih kereta ekonomi karna lumayan bisa ngirit pengeluaran. Harga tiket
ekonomi Pasundan sendiri adalah Rp. 55.000,- + biaya reservasi Rp. 7.500,-.
Formasi kursi di kereta ekonomi adalah 2 : 3 dan saling berhadapan. Jangan
ngarep senyaman kursi di kereta eksekutif atau bisnis.
Whatever, buat ane yang penting sih
bisa selamat sampe tujuan. Toh ini bukan pertama kali ane naik kereta ekonomi,
dulu waktu kecil kalo mudik pun naik kereta ekonomi, jadi gak kaget juga soal
kenyamanannya. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan khas daerah
Pasundan dan Jawa. Didominasi oleh sawah-sawah dan pegunungan.
Skip aja deh, tepat pukul 13.30 WIB,
sesuai jadwal. kereta yang ane tumpangin sampe juga di stasiun Lempuyangan. Pas
pintu gerbang keluar, sudah berjajar tukang becak dan ojeg yang menawarkan
jasanya. Ane tolak secara halus. Ane lebih milih jalan kaki aja, namanya juga
Backpacker-an . Ane langsung menuju ke Malioboro cari penginapan. Toh jarak
stasiun Lempuyangan ke malioboro gak terlalu jauh. Kurang lebih 1km-an.. Motong
jalan lewat jalan Mas Suharto, jalan Mataram, jalan Perwakilan, sampe deh di
Malioboro, tepatnya di Malioboro Mall.
Sebelumnya ane udah siapin daftar
penginapan-penginapan murah di daerah Gg. Sosrokusuman. lokasinya pas di
sebelah Malioboro Mall. Di depan gang udah disuguhin pemandangan SPG-SPG dengan
pakaian seksinya yang mungkin kerja di Malioboro Mall. langsung aja ane masuk
gang, di barisan depan ada hotel WHW, salah 1 yang masuk daftar hotel incaran.
Langsung masuk aja ane. Minta list harganya. Ternyata ada yang 60 ribuan. Gak
pikir panjang, ane minta dianterin ke kamar buat liat-liat kondisi kamar tidur
dan kamar mandinya. Di dalam kamar tidur ada 1 bed, 1 meja, dan 1 cermin. Kamar
mandi di luar. Gak masalah buat ane kamar mandi luar, toh ada 5 kamar mandi,
jadi gak bakal berebut atau kalo kebelet juga gak usah nunggu lama. Ane
langsung mandi dan istirahat sebentar, ngumpulin tenaga.
Sorenya ane JJS, jalan-jalan sore, ke
arah selatan Malioboro, di titik nol Kota Yogyakarta, tepatnya depan Benteng
Vredeburg. Cukup lama ane disini duduk-duduk santai sambil makan sate ayam +
lontong seharga 10rb dan es teh manis 3rb. ngobrol-ngobrol sama penjual es teh
manis dan tukang becak(modus biar dipake jasanya kayanya, ). Buat cuci mata pun
disini pas. Banyak yang bening-bening..
Setelah bosen cuma duduk-duduk. Ane
penasaran pengen nyobain naik TransJogja. Untuk tujuan gimana ntar aja, yang
penting bisa nyicipin, toh gak bakalan nyasar. Harga tiket 3ribu. Kebetulan ane
punya kartu Flazz BCA, jadi cuma 2rb bayarnya, promo sampe akhir bulan
September. Ane salut sama Pemda Yogyakarta, bisa bikin tranportasi massal
terintegrasi yang nyaman. Yang pasti, ticketingnya pun sangat baik. Jika
dibandingkan sistem ticketing angkutan serupa di ibukota, sistem ticket
elektronik di Transjogja masih terjaga. Ketertiban penggunanya juga patut
diacungi jempol. Alur keluar-masuk penumpangnya berjalan tertib. Gak ada tu
yang namanya penumpang berebut masuk dan keluar duluan.
Bisa jadi, awal petualangan seru ane
di Jogja berawal di halte Transjogja Malioboro 3 (Benteng Vredeburg). Disini
ane dapet kenalan baru, orang Malang. Namanya Firman, awalnya ane temenan sama
dia karna ane liat dia bawa tas carrier sendirian. Langsung ane tanya aja,
"Lagi Backpackeran Mas? Sendirian?" ternyata bener aja. Ane tawarin
aja, gimana kalo kita gabung aja, biar bisa sharing cost buat penginapan dan
transportasi. Dia setuju. Abis itu kita langsung meluncur ke daerah Tugu buat
nikmatin kopi joss + sego kucing sambil ngobrol-ngobrol dan ngatur rencana
perjalanan.
Oh, iya sebelumnya, sebenernya ane
sempet buat janji juga dengan 3 orang Jakarta yang kebetulan mau backpackeran
juga ke Jogja. Tapi karena masing-masing punya intinerary sendiri dan memang
tanggal kedatangan yang berbeda, akhirnya ane mutusin buat jalan sendiri aja.
Di hari kedua ini, kita berencana ke
Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis. Kita sewa motor di daerah Dagen dengan
tarif Rp. 75.000/24jam. Sebenernya ane udah siapin daftar tempat rental motor
murah daerah Jogja dan udah deal juga dengan salah satunya. Tapi karna motor
pesanan ane gak kunjung dateng dan pas ditelpon balik katanya gak ada yang
nganter, akhirnya kita pilih rental motor di daerah dagen aja walau cukup
mahal, tapi yang penting waktu tidak terbuang percuma.
Yang gak klah pnting dan sngat
berguna, di era digital kaya sekarang, keberadaan smartphone sangat membantu
sekali. Kita berdua sangat terbantu dengan fasilitas Google Maps dan Google
Navigasi yang ada di hape android kita, kebetulan masing-masing punya. Jadi
yang dibonceng bisa jadi navigator. Untuk Google Navigasi sendiri masih BETA,
tapi keakuratannya ane bisa nilai 90%, malah ada audio nya yang sangat membantu.
Untuk sinyal data sendiri, ada 2 operator recommended, Telkomsel dan 3(Tri).
Bisa tembus sampe pelosok Gunung Kidul. Menghilang pas dekat-dekat pesisir
pantai, tapi gak jadi masalah toh udah sampai tujuan juga. Jangan lupa juga
bawa kompas, buat jaga-jaga kalo gak dapet sinyal data, juga dikarenakan orang
Jogja selalu memberi arahan dengan mata angin. Utara patokannya Gunung Merapi,
Selatan pantai selatan.
Balik lagi cerita perjalanan ke
Borobudur. Perjalanan kurang lebih 1 setengah jam, sesuai dengan yang tertera
di Google Navigasi. Harga tiket sendiri Rp. 30.000,- untuk pengunjung lokal
dewasa. Ini ke-3 kalinya ane ke Borobudur, jadi ane gak mesti "salto
sambil bilang wow" untuk mengagumi kemegahan candi Buddha terbesar di
dunia ini.
Setelah dari Borobudur, rencananya
kita mau ke Kaliurang, buat neropong Gunung Merapi. Tapi karna kita berdua
capek, jadi mutusin buat langsung balik lagi ke Kota Yogyakarta. Sebelumnya
kita makan siang dan mampir dulu ke Maguwoharjo International Stadium. Letaknya
daerah Depok, Sleman, tepat di Ring Road Utara. Sempet gondok juga pas minta
ijin foto-foto ke satpam gak dikasih ijin, katanya harus ada ijin dari Pemda.
Cape deh.. di Bandung aja bebas-bebas aja mau foto di si Jalak Harupat, gak
perlu ijin-ijinan. Bilang aja mau duit Pak.. hahaa.. Akhirnya kita cuma foto
dari luar, di lapangan sebelah utara MIS. Tapi gak masalah lah, yang penting
udah mengunjungi salah satu tur wajib penggila bola.
Lanjut nih ceritanya.. kita balik ke
penginapan dulu, buat istirahat, karena cuaca waktu itu sangat panas sekali.
Pukul 15.00 WIB, baru kita berangkat menuju Parangtritis. Masih mengandalkan
Google Navigasi. Di tengah jalan, kita kedapetan apes, ban belakang motor kita
bocor, padahal jarak ke Pantai Parangtritis tinggal 15 menit lagi. Beruntung di
dekat TKP ada bengkel tambal ban. Setelah beres tambal ban, kita lanjut
perjalanan. tiket masuk ke Parangtritis adalah 5rb, parkir 3rb.
Ombak pantai selatan di bulan-bulan
ini cukup besar juga dengan angin yang kencang. Kita stay disini sampe sunset
tiba. Setelah matahari terbenam, kita langsung balik lagi ke penginapan. Makan
sego kucing daerah Tugu. Harga sego kucing 2rb an 1 bungkus, khusus yang isi
ayam 3500. untuk lauk pauknya sendiri rata-rata 2rb an. Ada sate usus, sate
telur puyuh, sate kerang, sate keong, dll.
Habis itu balik hotel dan
istirahat....
Perjalanan di hari ke-3 ini, adalah
ke Gunung Kidul. Eksplore pantai-pantai selatan yang berada di balik-balik
tebing. Konon katanya, daerah ini dulunya adalah lautan purba. Bisa dilihat
bukit-bukit dan tebing yang didominasi bebatuan yang menyerupai batu karang
sebelum tiba di bibir pantai. Lama perjalanan untuk mencapai wilayah ini adalah
kurang lebih 2 jam dari Malioboro. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi
hutan yang didominasi pohon kayu putih. Cuaca cukup sejuk jika melintasi daerah
ini. Di awal memasuki area pegunungan kita akan disuguhi pemandangan Kota
Yogyakarta dan sekitarnya dari ketinggian. Kalo di Bandung suasana seperti ini
bisa dinikmati dari Dago atau Caringin Tilu(Cartil).
Sebenernya ada biaya masuk ke pantai
selatan Gunung Kidul sneidir adalah 5rb, tapi dikarenakan kita mengikuti
instruksi Google Navigasi, jadi kita tidak melewati gerbang utama. Jadi
biayanya free. Hebat juga nih Google. Tapi untuk parkir tetap harus bayar..
Untuk yang membawa motor atau mobil, tidak perlu khawatir jika kendaraan kita
mogok atau mengalami bocor ban. Karena walaupun berada di daerah pedalaman,
tapi cukup banyak ditemukan bengkel-bengkel kecil.
Pantai yang jadi destinasi pertama
adalah Pantai Pok Tunggal. Jalan masuk dari jalur utama ke Pantai Pok Tunggal
termasuk yang paling sulit. didominasi oleh jalan bebatuan dengan turunan yang
curam. Tapi semua terbayar setelah kita sampe di pesisir pantai. Kita langsung
disuguhin sebuah pantai mungil yang gokil banget pemandangannya. di ujung timur
dan ujung barat terdapat tebing karang. Salah satu ciri khas pantai ini adalah
sebuah pohon Duras. Cukup unik, karna letaknya pas di bibir pantai berdiri
sendirian. Katanya ni pohon sangat dilindungin dan dikeramatkan oleh warga.
widiiihh seremm.. Kata warga sih Pantai ini pengelolaannya masih secara swadaya
oleh warga, jadi bisa dimaklum akses untuk masuknya masih seadanya. Tapi masih
kata warga, setiap minggunya ada kunjungan pejabat Kabupaten Gunung Kidul.
Mudah-mudahan ke depannya infrastruktur terutama jalan bisa diperbagus, biar
wisatawan gak kesulitan masuk ke pesisir.
Dari Pantai Pok Tunggal, lanjut
perjalanan ke Pantai Indrayanti. Bisa dibilang Pantai Indrayanti udah termasuk
pantai jadi, beda kaya Pok Tunggal. Bisa diliat dari struktur dan infrastruktur
yang udah cukup baik, mulai dari penginapan, lahan parkir, tempat makan, gazebo
di pesisir, dll. Lanjut lagi ke pantai Sundak. Pantai Sundak pun bisa dibilang
pantai yang sudah jadi. Walau penataan masih lebih baik Pantai Indrayanti. Tapi
keindahaan gak kalah.. Ada sebuah pantai tebing karang di sebelah timur, spot
yang cocok untuk narsis-narsisan.
Destinasi terakhir kita adalah Pantai
Krakal. Untuk ke Pantai Krakal, kita cukup menyusuri bibir pantai dari Pantai
Sundak. Ini kedua kalinya ane ke Pantai Krakal. Dulu waktu study tour SMA juga
ane kesini. Kondisinya udah lebih maju, udah banyak penginapan-penginapan.
Walau sepi dan gak
ada yang nginep, wajar sih bukan musim liburan. Sangat disayangkan juga kondisi bibir pantai terlihat kotor, bukan sampah sih, tapi memang limbah dari bekas tumbuhan dan cangkang kerang.. tapi tetap mengurangi kenyamanan.
ada yang nginep, wajar sih bukan musim liburan. Sangat disayangkan juga kondisi bibir pantai terlihat kotor, bukan sampah sih, tapi memang limbah dari bekas tumbuhan dan cangkang kerang.. tapi tetap mengurangi kenyamanan.
Menjelajah 4 pantai di Gunung Kidul
rasanya udah cukup. Pantai Pok Tunggal jadi favorit ane. Walau akses masih
lumayan sulit, tapi suasana nyaman paling dapet di pantai ini.. Berkunjung ke
pantai-pantai Gunung Kidul di luar musim liburan juga jadi nilai plus. Suasana
sepi, hanya beberapa wisatawan/backpacker, benar-benar cocok untuk melepas
penat. Apalagi kondisi ombak di bulan ini yang cukup besar dan ganas, menambah
suasana nyaman. Cocok buat yang pikirannya sedang kacau. Apalagi yang lagi
galau dan hutang menumpuk.
Kita langsung balik lagi ke Kota
Jogja, mengurungkan niat mengexplore wisata2 lain di Gunung Kidul, karna cuaca
sangat panas dan udah ngantuk juga. Sebelumnya makan mie ayam dulu di Kota
Wonosari. Cuma 9rb termasuk es teh manis, tapi porsi mantap, lebih dari
mengenyangkan. Sampe di hotel kita istirahat dulu. Sorenya jalan ke Malioboro,
berburu benda2 yang bisa dibeli.
Kebetulan Firman malem ini balik ke
Malang. Seperti biasa kita nongkrong di titik nol sambil makan sate ayam. Balik
lagi ke hotel, Firman siap-siap berkemas buat pulang.. Walau baru kenal 2 hari,
tapi kita udah cukup akrab, mungkin karna satu nasib sebagai solois backpacker.
Sebelum pulang, kita kembaliin motor dulu ke tempat penyewaan motor. Karna
untuk hari terakhir ane mutusin buat explore dalem Kota aja naek TransJogja dan
jalan kaki..
Hari terakhir di Jogja nih. Ane
bangun agak siangan, soalnya 2 hari sebelumnya kurang maksimal tidur malemnya,
jadi dipuas2sin dulu. Rencana sih pengen ke Prambanan tapi cuma di luarnya aja
gak masuk. Sehabis mandi, ane berkemas barang dulu. Abis itu check out jam 8.
Langsung
menuju ke minimarket daerah Malioboro, cukup sarapan roti keju + capucino, 7rb perak aja.. cukup ngenyangin sampe siang. Beres sarapan, langsung naik Transjogja menuju ke Prambanan. Cukup 1 kali naik bus nomor 1A. bayar 2rb perak pake kartu Flazz BCA.
menuju ke minimarket daerah Malioboro, cukup sarapan roti keju + capucino, 7rb perak aja.. cukup ngenyangin sampe siang. Beres sarapan, langsung naik Transjogja menuju ke Prambanan. Cukup 1 kali naik bus nomor 1A. bayar 2rb perak pake kartu Flazz BCA.
Tadinya sih niat gak masuk ke Candi
Prambanan. Tapi dipikir-pikir, buat ngabisin waktu, mending masuk aja deh..
Abis.. abis.. dah duit ane.. Harga tiket sendiri ada dua jenis. 30rb(Hanya
Prambanan) dan 40rb(paket Prambanan + Ratu Boko, udah termasuk shuttle bus).
Shuttle Bus sendiri berangkat tiap 15 menit sekali. Kata petugas nya, mending
ke Ratu Boko dulu, supaya nanti pas di Prambanan-nya gak perlu muter lagi. Oke
deh, ane nurutin kata petugasnya. Jalan menuju Ratu Boko sendiri pertama
menyusuri terminal Prambanan, masuk jalan desa beraspal yang cukup menanjak ke
perbukitan.
Pemandangan khas perbukitan langsung
keliatan nih pas kita turun dari bus. Kalo diliat dari struktur bangunan yang
tersisa, keliatannya ini istana dulunya sangat megah.. karna bukan ahli
arkeolog, ane ceritain yang lain aja dah.. di sebelah utara ada sebuah pendopo,
kita musti menaiki beberapa anak angga dulu. Pemandangannya menghadap ke
sebelah utara. kita bisa melihat secara langsung Candi Prambanan dari atas
sini. Sebaiknya sih, kalo mau berkunjung ke Ratu Boko, waktu yang pas sore
hari. Kita bisa ngeliat Sunset yang indah..
Puas sudah,
langsung balik lagi ke Prambanan naik shuttle bus. Ini kunjungan kedua ane ke
Prambanan. Untuk yang kedua kali ini, ada beberapa bangunan Candi yang sedang
dipugar, dibatasi dengan pagar besi. Mungkin ini sisa-sisa dari letusan dahsyat
Merapi, yang ngebuat struktur bangunan jadi rapuh. Tapi kita masih bisa masuk
kok, wajib pake helm proyek. Tapi ane mutusin buat balik aja. Sebelumnya ane
ambil tas dulu di tempat penginapan. Lanjut ke terminal Prambanan, numpang
shuttle bus yang ke arah Ratu Boko. Karna jarak terminal Prambanan ke Candi
Prambanan cukup jauh juga, ada 1 km. Apalagi kondisi stamina udah cape ditambah
cuaca yang sangat panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar